kumpulan program
Nama : Dewi ratnasari
Kelas :: TIF A
Semester : II
Npm : 13.14.1.0123
http://www.4shared.com/rar/ZUoc08uece/131410123_dewiratnasari_algo.html
Rabu, 18 Juni 2014
CEPEN Persahabatan Jangan Pernah Usai
“Hei! Ke kantin yuk!” Kata Rara sambil menarik tangan Dina.
“Ayo, tapi aku traktir ya!” jawab Dina. “OK” Rara setuju.
Mereka berjalan menuju kantin, tiba-tiba mereka melihat Sonya menangis. Mereka pun menghampiri Sonya.
“Kamu kenapa, Nya?” Tanya Rara. “Kamu sakit” tambahnya.
“Nggak, tapi… tadi aku nggak sengaja mutusin tali tasnya Sinta, aku udah minta maaf tapi dia nggak maafin aku” jawab Sonya.
Mereka pun menghibur Sonya agar dia nggak nangis lagi. “Nggak apalah, dia paling cuman bentar marahnya, pasti dia akan maafin kamu” kata Dina. “Tapi..!!!” kata Sonya penuh penolakan. “Ahh udahlah, lebih baik kita ke kantin, aku traktir deh!” Hibur Rara. “Wah, aku setuju banget nih!” Tambah Dina.
Akhirnya Sonya mau diajak ke kantin. Bel pun berbunyi tanda masuk kelas, dan mereka masuk ke kelas masing-masing. Kemudian bel berbunyi mereka semua berhamburan keluar.
Mereka pun pulang bersama tetapi Sonya tidak ada. “Sonya kemana Ta?” tanya Rara. “Dia nggak bareng kamu?” sahut Dina. “Nggak” jawabnya singkat.
“Ta, kalau ada masalah cerita dong!” Rayu Dina.
“Kamu tau nggak sih, Sonya itu udah mutusin tali tas aku” kata Sinta. “Tapi kan dia udah minta maaf” meyakinkan Sinta. “Iya aku tau, tapi itu pemberian orangtuaku saat ulang tahun ku, aku sangat sedih” jawab Sinta. “Ya udahlah, kamu pikirin mateng-mateng dulu deh, good luck ya, dah!!” Kata Dina.
Sampainya di rumah, Sinta ganti baju kemudian ia duduk di kursi bawah pohon cemara. Ia merenung ‘Apa aku salah ya nggak maafin Sonya?’ Tanyanya dalam hati. ‘Tapi, itu tas kesayanganku’ Ia pun bingung.
Tiba-tiba Dina dan Rara mengagetkannya. “Dhaaa!!! Lagi apa kamu?” Tanya Rara. “Pasti lagi ngelamunin Sonya, bener kan?” tambah Dina.
“Kok kamu tau sih” Sinta heran. “Taulah, tadi kan yang nyuruh mikirin mateng-mateng kan aku” jawab Dina. “Oh ya, aku lupa” kata Sinta polos.
“Jadi gimana udah temuin jawabannya?” Tanya Dina. “Entah!!!” jawab Sinta sambil mengangkat bahu.
“Oh ya, aku mau tanya dong! Kalau aku nggak maafin Sonya salah nggak?” tanya Sinta. “Emmmm… gimana ya!!!” jawab Dina sambil mikir. “Ya pastinya salah besar!” tukas Rara. “Masa sih?’ tanyanya heran.
“Iyalah, kamu lihat Tuhan aja maha pemaaf, masa’ kamu nggak” jawab Rara. “Iya ya, jadi gimana kesimpulannya?” tanya Sinta. “Gampang kamu minta maaf sama dia, karena kamu nggak maafin dia. Dan inget persahabatan jangan pernah usai, OK!!” Jawab Rara.
“Betul tuh” tambah Dina. “Kamu itu cuman bisa ngomong betul, kayak Ipin aja” canda Rara. “OK, aku akan minta maaf sama Sonya” jawabnya setuju.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing, dan esoknya.
“Nya, maafin aku ya” sambil memeluk Sonya. “Iya aku udah maafin kamu kok” jawab Sonya.
Mereka berempat pun akhirnya menjadi sahabat sejati, saat suka dan duka akan selalu bersama. Dan mereka mempunyai prinsip, kalau persahabatan jangan pernah usai.
“Ayo, tapi aku traktir ya!” jawab Dina. “OK” Rara setuju.
Mereka berjalan menuju kantin, tiba-tiba mereka melihat Sonya menangis. Mereka pun menghampiri Sonya.
“Kamu kenapa, Nya?” Tanya Rara. “Kamu sakit” tambahnya.
“Nggak, tapi… tadi aku nggak sengaja mutusin tali tasnya Sinta, aku udah minta maaf tapi dia nggak maafin aku” jawab Sonya.
Mereka pun menghibur Sonya agar dia nggak nangis lagi. “Nggak apalah, dia paling cuman bentar marahnya, pasti dia akan maafin kamu” kata Dina. “Tapi..!!!” kata Sonya penuh penolakan. “Ahh udahlah, lebih baik kita ke kantin, aku traktir deh!” Hibur Rara. “Wah, aku setuju banget nih!” Tambah Dina.
Akhirnya Sonya mau diajak ke kantin. Bel pun berbunyi tanda masuk kelas, dan mereka masuk ke kelas masing-masing. Kemudian bel berbunyi mereka semua berhamburan keluar.
Mereka pun pulang bersama tetapi Sonya tidak ada. “Sonya kemana Ta?” tanya Rara. “Dia nggak bareng kamu?” sahut Dina. “Nggak” jawabnya singkat.
“Ta, kalau ada masalah cerita dong!” Rayu Dina.
“Kamu tau nggak sih, Sonya itu udah mutusin tali tas aku” kata Sinta. “Tapi kan dia udah minta maaf” meyakinkan Sinta. “Iya aku tau, tapi itu pemberian orangtuaku saat ulang tahun ku, aku sangat sedih” jawab Sinta. “Ya udahlah, kamu pikirin mateng-mateng dulu deh, good luck ya, dah!!” Kata Dina.
Sampainya di rumah, Sinta ganti baju kemudian ia duduk di kursi bawah pohon cemara. Ia merenung ‘Apa aku salah ya nggak maafin Sonya?’ Tanyanya dalam hati. ‘Tapi, itu tas kesayanganku’ Ia pun bingung.
Tiba-tiba Dina dan Rara mengagetkannya. “Dhaaa!!! Lagi apa kamu?” Tanya Rara. “Pasti lagi ngelamunin Sonya, bener kan?” tambah Dina.
“Kok kamu tau sih” Sinta heran. “Taulah, tadi kan yang nyuruh mikirin mateng-mateng kan aku” jawab Dina. “Oh ya, aku lupa” kata Sinta polos.
“Jadi gimana udah temuin jawabannya?” Tanya Dina. “Entah!!!” jawab Sinta sambil mengangkat bahu.
“Oh ya, aku mau tanya dong! Kalau aku nggak maafin Sonya salah nggak?” tanya Sinta. “Emmmm… gimana ya!!!” jawab Dina sambil mikir. “Ya pastinya salah besar!” tukas Rara. “Masa sih?’ tanyanya heran.
“Iyalah, kamu lihat Tuhan aja maha pemaaf, masa’ kamu nggak” jawab Rara. “Iya ya, jadi gimana kesimpulannya?” tanya Sinta. “Gampang kamu minta maaf sama dia, karena kamu nggak maafin dia. Dan inget persahabatan jangan pernah usai, OK!!” Jawab Rara.
“Betul tuh” tambah Dina. “Kamu itu cuman bisa ngomong betul, kayak Ipin aja” canda Rara. “OK, aku akan minta maaf sama Sonya” jawabnya setuju.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing, dan esoknya.
“Nya, maafin aku ya” sambil memeluk Sonya. “Iya aku udah maafin kamu kok” jawab Sonya.
Mereka berempat pun akhirnya menjadi sahabat sejati, saat suka dan duka akan selalu bersama. Dan mereka mempunyai prinsip, kalau persahabatan jangan pernah usai.
CERPEN Persahabatan Lebih Berharga Dari Apapun
Satu bulan sebelum ujian sekolah dimulai, cowok yang agak keturunan
bule dan jago bermain basket bernama lengkap Derhil Grahata Putra atau
biasa dipanggil Derhil adalah murid baru yang masuk di sekolah Dinda.
Dinda adalah murid yang pintar, imut dan jago cherleders. Dan kebetulan
Derhil sekelas dengan Dinda. Selama Derhil berada di sekolah barunya
Dinda tak pernah menyapa ataupun berbicara kepada Derhil, entah dia malu
atau bagaimana hanya dia yang tau.
Suatu hari Dinda disuruh oleh ibu Fitri untuk membawakan berkas-berkasnya ke ruang guru. Tapi tanpa disengaja Dinda dan Derhil bertabrakan sehingga berkas-berkas yang dibawa oleh Dinda berserakan di lantai.
“Hey lo itu enggak punya mata yah?” bentak Dinda kesal
“What? Hey nyadar dong lo yang nabrak gue, kok loe yang marah-marah sih? nggak nyambung banget nih cewek!” ungkap derhil yang sembari memakan snacknya!
“Hah! Iihh lo ngeselin banget sih! Hey asal lo tau yah lo ini murid baru disini jadi jangan macam-macam deh!”
“ooh jadi mentang-mentang aku anak baru aku harus denger kata-kata kamu gitu?”
“hmm, iyalah!!!”
“hey that you chick the craziest ever met me! you know?” (hey kamu cewek yang gila yang pernah saya temui! kamu tau?)
“jangan sok-sok bahasa inggris deh!!!”
“hah!!!”
“What ever”
Dinda pun segera membereskan berkas-berkas tersebut dan menuju ke ruang guru.
Keesokan harinya mata pelajaran Matematika berlangsung dengan tentram. Tak berselang beberapa menit terdengar suara teriakan
“aaahhh!!!” teriak Dinda
“Kamu kenapa Dinda?” Tanya bu Siti
“Ada cicak bu di dalam tas saya!”
“cicak?”
“iya bu”
“kok bisa ada Cicak?”
“nggak tau bu tadi waktu saya ingin ambil buku di dalam tas tiba-tiba ada Cicak!” ungkap Dinda yang kegelian melihat Cicak yang ada di dalam tasnya.
“hahaha, kalau ke sekolah bawah buku untuk belajar bukan bawa Cicak sebagai pekerjaan sampingan kamu, haha!” ungkap Derhil yang dari sembari tadi ketawa terbahak-bahak
“iihh, kamu kan yang taruh Cicak itu di tas aku? ngaku aja deh” ungkap Dinda kesal
“enak aja nuduh-nuduh orang”
“sudah-sudah Dinda buang Cicaknya di luar yah?”
“tapi aku Jijik dan geli bu”
“ya sudah Derhil buang cicaknya di luar”
“siap bu” sambil mengambil Cicak yang ada di dalam tas Dinda
“oke kita mulai lagi pelajarannya, ibu harap semua fokus dalam pelajaran yang ibu berikan” bu Siti sambil menulis dan menerangkan kembali pelajaran tersebut.
Jam istirahat pun tiba, Dinda yang dari tadi menaruh dendam dengan akibat hal memalukan di dalam kelas tadi, dia bermaksud untuk membalas perbuatan Derhil. Dinda dengan wajah kesal menuju ke kantin ia yakin Derhil pasti ada disana bersama teman-teman Basketnya.
“duhh, Muka Dinda lucu banget waktu lihat dia ketakukan karena ada Cicak di tasnya, haha!” ungkap Derhil sambil makan Bakso yang tersedia di kantin.
Tanpa Derhil sadari ternyata Dinda sudah ada di belakang Derhil yang dari tadi ngetawain Dinda.
“ohh. jadi aku benar ternyata kamu yang ngerjain aku” sambil mengambil jus orange milik Derhil dan menyiramkannya tepat pada kepala Derhil
“Rasakan!! Ini pembalasan aku karena kamu udah naruh Cicak di dalam tas aku” dengan wajah kesal Dinda pun pergi meniggalkan Derhil.
“tuh cewek benar-benar gila yah” ungkap Derhil kesal
“dia itu emang gitu sifatnya, kalau ada orang yang buat masalah sama dia pasti dia enggak akan biarin begitu saja, apalagi kalau yang buat masalah sama dia itu cowok. Makanya sampai saat ini dia itu belum punya pacar, semua anak cowok di sekolah ini takut sama dia. Palingan kalau ada yang suka sama dia cuman dipendam dalam hati doang.” kata salah satu teman Derhil yang udah hapal sifat Dinda.
“Bener tuh!!!” ungkap anak basket bersamaan.
“kalian cemen banget sih dia itu kan cuman cewek!”
“tapi dia itu galak banget!”
“sudah-sudah jangan pikirin dia lagi, mendingan kalian bantuin aku membersihkan minuman ini dari kepala aku” ungkap Derhil yang sembari membersihkan kepalanya!
Malam pun tiba, entah mengapa tiba-tiba Derhil merasa bersalah sama Dinda yang sudah ia kerjain. Tak terasa jam menunjukkan pukul 01:00 wita. Mata Derhil belum juga dapat tertutup akhirnya lama-kelamaan saraf Derhil lelah dan akhirnya tertidur pulas.
KEESOKAN HARINYA
Hari demi hari pun berlalu sifat Derhil ke Dinda berubah 95%. Setiap hari terdapat bunga-bunga yang indah dan bagus dan bertuliskan kata maaf dari Derhil yang ada di atas meja Dinda. Dinda pun heran melihat tingkah Derhil yang berubah drastis. Setelah bosan melihat tingkah itu barulah Dinda menghampiri Derhil yang tengah asik memainkan gitarnya untuk mengetahui apa yang terjadi.
“Maksud kamu apa ngasih bunga setiap hari di atas meja aku? Kamu kurang kerjaan banget sih” kata Dinda kesal.
“yah enggak gitu! Aku cuman pengen minta maaf kok sama kamu! kok kamu jadi dingin sih sama aku?”
“karena kamu itu nyebelin, kenapa nggak langsung aja bilang ke aku? Kan kamu nggak usah beli bunga segitu banyak!”
“ya nggak apa-apa”
“hmm!”
Lonceng pun berbunyi! Pelajaran ipa pun segera di mulai. Di tengah-tengah pelajaran guru memberikan tugas kelompok kepada murid-muridnya. Kebetulan Dinda dan Derhil satu kelompok dan memungkinkan Derhil untuk mengambil kesempatan untuk minta maaf ke Dinda.
Kring, Kring, Kring
Lonceng pulang pun berbunyi. Setiap siswa bergegas membereskan barangnya untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang Derhil melihat Dinda yang berjalan sendiri. Dan kebetulan hari itu cuaca lagi mendung.
“Din, ayo naik sebentar lagi kan mau hujan” sapa Derhil dengan ramah di dalam Mobil.
“nggak, makasih! aku udah biasa kok pulang jalan kaki kayak gini!” ungkap Dinda
“tapi cuaca hari ini lagi mendung, kalau kamu kehujanan bagaimana?” kata Derhil yang begitu perhatian!
“iya sih, tapi aku takut ngerepotin kamu lagipula kalau hujan kan aku bisa berteduh di mana saja, kamu tenang aja deh!”
“udah masuk aja! Sekali-sekali aku antar kamu pulangkan nggak apa-apa!”
“hmm, ya udah deh!” sambil membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
DALAM PERJALANAN
Tak satupun dari mereka berdua bicara. Suasana di dalam mobil pun sangat hening.
“Dinda, soal tugas kelompok yang ibu berikan tadi bagaimana? kita mau ngerjain di rumah siapa?” Tanya Derhil memulai percakapan
“kalau aku sih terserah di rumah siapa aja!”
“bagaimana kalau di rumah aku aja!”
“hmm, iya deh nanti aku kabarin anak-anak yah!”
“Dinda, ngomong-ngomong aku pengen minta maaf sama kamu karena kemarin aku udah masukin Cicak ke dalam tas kamu!”
“iya nggak apa-apa kok! Oh iya aku juga minta maaf yah karena aku udah nyiram kamu minuman!”
“it’s ok, oh ya rumah kamu dimana?”
“oh itu di depan kamu turunin aku disini aja! Makasih yah!” sambil membuka pintu mobil.
“iya sama-sama” ungkap Derhil
Lama kelamaan mereka berdua pun menjadi sahabat! yang selalu ada disaat senang maupun sedih. Suatu hari Derhil menyuruh Dinda ke taman sekolah pada saat jam istirahat tiba.
“Derhil, tumben kamu ngajak aku ke siini! kamu emangnya mau ngomong apa sih? Kelihatan serius amat!” ungkap Dinda yang begitu penasaran.
“Din, hmm aku…” ungkap Derhil yang terbata-bata
“Kamu kenapa? kok ngomongnya jadi nervous gitu”
“hmm, aku su-suka sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku!”
“what pacar kamu?”
“iya, Mau yah?” pinta Derhil
“Maaf Rhil aku nggak bisa!”
“kenapa? Kita itu udah ngejalanin hidup sama-sama susah senang kita lewati bersama kan?”
“Iya”
“Terus kenapa kamu nggak mau jadi pacar aku?”
“aku,”
“Din, aku nggak nyangka kamu tega sama aku!” memutuskan kata-kata Dinda dan langsung pergi meninggalkan Dinda.
“Derhil, Derhil”
“apalagi? Mulai detik ini kamu bukan sahabat aku lagi”
“hah, hanya masalah sesepele itu persahabatan kita jadi bubar?”
“whatever” ungkap Derhil kesal.
Waktu demi waktu berlalu Derhil tak mau menyapa ataupun menoleh ke arah Dinda. Lama kelamaan derhil pun merasa bersalah sama Dinda, karena setiap Dinda mendekati ataupun menyapa Derhil, Derhil selalu mencueki dan mengacuhkan Dinda. Hidup Derhil serasa tak berarti lagi saat tak ada sahabat yang selalu temani hari-harinya. Selama Dinda diacuhkan sama Derhil, begitu lama pula Dinda kecewa dengan tingkah Derhil yang begitu kekanak-kanakan. Pada jam istirahat Dinda menghabiskan waktu di taman dengan berbagai buku yang ia baca. Tak berselang beberapa menit pun seorang laki-laki berdiri di samping Dinda yang tak lain adalah Derhil.
“hay!” kata Derhil
“hay” ungkap Dinda bĂȘte.
“kamu kenapa Din?”
“Nggak apa-apa kok! kamu kok ke sini kenapa nggak cuekin aku lagi?” kata Dinda kesal
“hmm, kamu marah yah sama aku?”
“aku marah sekaligus kecewa sama kamu masa karena aku nggak nerima kamu, kamu malah memutuskan persahabatan kita sih? Itu kan nggak masuk akal”
“maafin aku Dinda, aku menyesal udah mutusin persahabatan kita, aku sadar dengan keegoisan ku kita jadi sama-sama terluka!!”
“waktu kamu nembak aku, sebenarnya aku pengen nerima kamu karena aku juga sayang!!”
“terus kenapa kamu nggak nerima aku? kalau kamu nerima aku kan kita jadi tidak sama-sama terluka”
“Derhil malahan kalau kita pacaran kita akan lebih sakit dari yang sekarang!”
“kok bisa?”
“Kerena kalau kita pacaran, kita bisa aja putus di tengah jalan, dan akhirnya patah hati juga kan?. tapi kalalu kita bersahabat kita takkan pernah putus karena PERSAHABATAN LEBIH BERHARGA DARI APAPUN”
“aku beruntung punya sahabat kayak kamu Din, oke jadi kita sekarang udah baikan kan?”
“iya dong, oh iya ada satu lagi” ungkap Dinda.
“apa?” ungkap Derhil penasaran
“sifat kamu diganti menjadi lebih dewasa, jangan kekanak-kanakan kayak dulu”
“iya, iya, udah deh jangan cerewet. kita ke kantin aja yuk soalnya perut aku udah keroncongan nih, biar aku deh yang neraktir kamu!”
“siipp”
TAMAT
Suatu hari Dinda disuruh oleh ibu Fitri untuk membawakan berkas-berkasnya ke ruang guru. Tapi tanpa disengaja Dinda dan Derhil bertabrakan sehingga berkas-berkas yang dibawa oleh Dinda berserakan di lantai.
“Hey lo itu enggak punya mata yah?” bentak Dinda kesal
“What? Hey nyadar dong lo yang nabrak gue, kok loe yang marah-marah sih? nggak nyambung banget nih cewek!” ungkap derhil yang sembari memakan snacknya!
“Hah! Iihh lo ngeselin banget sih! Hey asal lo tau yah lo ini murid baru disini jadi jangan macam-macam deh!”
“ooh jadi mentang-mentang aku anak baru aku harus denger kata-kata kamu gitu?”
“hmm, iyalah!!!”
“hey that you chick the craziest ever met me! you know?” (hey kamu cewek yang gila yang pernah saya temui! kamu tau?)
“jangan sok-sok bahasa inggris deh!!!”
“hah!!!”
“What ever”
Dinda pun segera membereskan berkas-berkas tersebut dan menuju ke ruang guru.
Keesokan harinya mata pelajaran Matematika berlangsung dengan tentram. Tak berselang beberapa menit terdengar suara teriakan
“aaahhh!!!” teriak Dinda
“Kamu kenapa Dinda?” Tanya bu Siti
“Ada cicak bu di dalam tas saya!”
“cicak?”
“iya bu”
“kok bisa ada Cicak?”
“nggak tau bu tadi waktu saya ingin ambil buku di dalam tas tiba-tiba ada Cicak!” ungkap Dinda yang kegelian melihat Cicak yang ada di dalam tasnya.
“hahaha, kalau ke sekolah bawah buku untuk belajar bukan bawa Cicak sebagai pekerjaan sampingan kamu, haha!” ungkap Derhil yang dari sembari tadi ketawa terbahak-bahak
“iihh, kamu kan yang taruh Cicak itu di tas aku? ngaku aja deh” ungkap Dinda kesal
“enak aja nuduh-nuduh orang”
“sudah-sudah Dinda buang Cicaknya di luar yah?”
“tapi aku Jijik dan geli bu”
“ya sudah Derhil buang cicaknya di luar”
“siap bu” sambil mengambil Cicak yang ada di dalam tas Dinda
“oke kita mulai lagi pelajarannya, ibu harap semua fokus dalam pelajaran yang ibu berikan” bu Siti sambil menulis dan menerangkan kembali pelajaran tersebut.
Jam istirahat pun tiba, Dinda yang dari tadi menaruh dendam dengan akibat hal memalukan di dalam kelas tadi, dia bermaksud untuk membalas perbuatan Derhil. Dinda dengan wajah kesal menuju ke kantin ia yakin Derhil pasti ada disana bersama teman-teman Basketnya.
“duhh, Muka Dinda lucu banget waktu lihat dia ketakukan karena ada Cicak di tasnya, haha!” ungkap Derhil sambil makan Bakso yang tersedia di kantin.
Tanpa Derhil sadari ternyata Dinda sudah ada di belakang Derhil yang dari tadi ngetawain Dinda.
“ohh. jadi aku benar ternyata kamu yang ngerjain aku” sambil mengambil jus orange milik Derhil dan menyiramkannya tepat pada kepala Derhil
“Rasakan!! Ini pembalasan aku karena kamu udah naruh Cicak di dalam tas aku” dengan wajah kesal Dinda pun pergi meniggalkan Derhil.
“tuh cewek benar-benar gila yah” ungkap Derhil kesal
“dia itu emang gitu sifatnya, kalau ada orang yang buat masalah sama dia pasti dia enggak akan biarin begitu saja, apalagi kalau yang buat masalah sama dia itu cowok. Makanya sampai saat ini dia itu belum punya pacar, semua anak cowok di sekolah ini takut sama dia. Palingan kalau ada yang suka sama dia cuman dipendam dalam hati doang.” kata salah satu teman Derhil yang udah hapal sifat Dinda.
“Bener tuh!!!” ungkap anak basket bersamaan.
“kalian cemen banget sih dia itu kan cuman cewek!”
“tapi dia itu galak banget!”
“sudah-sudah jangan pikirin dia lagi, mendingan kalian bantuin aku membersihkan minuman ini dari kepala aku” ungkap Derhil yang sembari membersihkan kepalanya!
Malam pun tiba, entah mengapa tiba-tiba Derhil merasa bersalah sama Dinda yang sudah ia kerjain. Tak terasa jam menunjukkan pukul 01:00 wita. Mata Derhil belum juga dapat tertutup akhirnya lama-kelamaan saraf Derhil lelah dan akhirnya tertidur pulas.
KEESOKAN HARINYA
Hari demi hari pun berlalu sifat Derhil ke Dinda berubah 95%. Setiap hari terdapat bunga-bunga yang indah dan bagus dan bertuliskan kata maaf dari Derhil yang ada di atas meja Dinda. Dinda pun heran melihat tingkah Derhil yang berubah drastis. Setelah bosan melihat tingkah itu barulah Dinda menghampiri Derhil yang tengah asik memainkan gitarnya untuk mengetahui apa yang terjadi.
“Maksud kamu apa ngasih bunga setiap hari di atas meja aku? Kamu kurang kerjaan banget sih” kata Dinda kesal.
“yah enggak gitu! Aku cuman pengen minta maaf kok sama kamu! kok kamu jadi dingin sih sama aku?”
“karena kamu itu nyebelin, kenapa nggak langsung aja bilang ke aku? Kan kamu nggak usah beli bunga segitu banyak!”
“ya nggak apa-apa”
“hmm!”
Lonceng pun berbunyi! Pelajaran ipa pun segera di mulai. Di tengah-tengah pelajaran guru memberikan tugas kelompok kepada murid-muridnya. Kebetulan Dinda dan Derhil satu kelompok dan memungkinkan Derhil untuk mengambil kesempatan untuk minta maaf ke Dinda.
Kring, Kring, Kring
Lonceng pulang pun berbunyi. Setiap siswa bergegas membereskan barangnya untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang Derhil melihat Dinda yang berjalan sendiri. Dan kebetulan hari itu cuaca lagi mendung.
“Din, ayo naik sebentar lagi kan mau hujan” sapa Derhil dengan ramah di dalam Mobil.
“nggak, makasih! aku udah biasa kok pulang jalan kaki kayak gini!” ungkap Dinda
“tapi cuaca hari ini lagi mendung, kalau kamu kehujanan bagaimana?” kata Derhil yang begitu perhatian!
“iya sih, tapi aku takut ngerepotin kamu lagipula kalau hujan kan aku bisa berteduh di mana saja, kamu tenang aja deh!”
“udah masuk aja! Sekali-sekali aku antar kamu pulangkan nggak apa-apa!”
“hmm, ya udah deh!” sambil membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
DALAM PERJALANAN
Tak satupun dari mereka berdua bicara. Suasana di dalam mobil pun sangat hening.
“Dinda, soal tugas kelompok yang ibu berikan tadi bagaimana? kita mau ngerjain di rumah siapa?” Tanya Derhil memulai percakapan
“kalau aku sih terserah di rumah siapa aja!”
“bagaimana kalau di rumah aku aja!”
“hmm, iya deh nanti aku kabarin anak-anak yah!”
“Dinda, ngomong-ngomong aku pengen minta maaf sama kamu karena kemarin aku udah masukin Cicak ke dalam tas kamu!”
“iya nggak apa-apa kok! Oh iya aku juga minta maaf yah karena aku udah nyiram kamu minuman!”
“it’s ok, oh ya rumah kamu dimana?”
“oh itu di depan kamu turunin aku disini aja! Makasih yah!” sambil membuka pintu mobil.
“iya sama-sama” ungkap Derhil
Lama kelamaan mereka berdua pun menjadi sahabat! yang selalu ada disaat senang maupun sedih. Suatu hari Derhil menyuruh Dinda ke taman sekolah pada saat jam istirahat tiba.
“Derhil, tumben kamu ngajak aku ke siini! kamu emangnya mau ngomong apa sih? Kelihatan serius amat!” ungkap Dinda yang begitu penasaran.
“Din, hmm aku…” ungkap Derhil yang terbata-bata
“Kamu kenapa? kok ngomongnya jadi nervous gitu”
“hmm, aku su-suka sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku!”
“what pacar kamu?”
“iya, Mau yah?” pinta Derhil
“Maaf Rhil aku nggak bisa!”
“kenapa? Kita itu udah ngejalanin hidup sama-sama susah senang kita lewati bersama kan?”
“Iya”
“Terus kenapa kamu nggak mau jadi pacar aku?”
“aku,”
“Din, aku nggak nyangka kamu tega sama aku!” memutuskan kata-kata Dinda dan langsung pergi meninggalkan Dinda.
“Derhil, Derhil”
“apalagi? Mulai detik ini kamu bukan sahabat aku lagi”
“hah, hanya masalah sesepele itu persahabatan kita jadi bubar?”
“whatever” ungkap Derhil kesal.
Waktu demi waktu berlalu Derhil tak mau menyapa ataupun menoleh ke arah Dinda. Lama kelamaan derhil pun merasa bersalah sama Dinda, karena setiap Dinda mendekati ataupun menyapa Derhil, Derhil selalu mencueki dan mengacuhkan Dinda. Hidup Derhil serasa tak berarti lagi saat tak ada sahabat yang selalu temani hari-harinya. Selama Dinda diacuhkan sama Derhil, begitu lama pula Dinda kecewa dengan tingkah Derhil yang begitu kekanak-kanakan. Pada jam istirahat Dinda menghabiskan waktu di taman dengan berbagai buku yang ia baca. Tak berselang beberapa menit pun seorang laki-laki berdiri di samping Dinda yang tak lain adalah Derhil.
“hay!” kata Derhil
“hay” ungkap Dinda bĂȘte.
“kamu kenapa Din?”
“Nggak apa-apa kok! kamu kok ke sini kenapa nggak cuekin aku lagi?” kata Dinda kesal
“hmm, kamu marah yah sama aku?”
“aku marah sekaligus kecewa sama kamu masa karena aku nggak nerima kamu, kamu malah memutuskan persahabatan kita sih? Itu kan nggak masuk akal”
“maafin aku Dinda, aku menyesal udah mutusin persahabatan kita, aku sadar dengan keegoisan ku kita jadi sama-sama terluka!!”
“waktu kamu nembak aku, sebenarnya aku pengen nerima kamu karena aku juga sayang!!”
“terus kenapa kamu nggak nerima aku? kalau kamu nerima aku kan kita jadi tidak sama-sama terluka”
“Derhil malahan kalau kita pacaran kita akan lebih sakit dari yang sekarang!”
“kok bisa?”
“Kerena kalau kita pacaran, kita bisa aja putus di tengah jalan, dan akhirnya patah hati juga kan?. tapi kalalu kita bersahabat kita takkan pernah putus karena PERSAHABATAN LEBIH BERHARGA DARI APAPUN”
“aku beruntung punya sahabat kayak kamu Din, oke jadi kita sekarang udah baikan kan?”
“iya dong, oh iya ada satu lagi” ungkap Dinda.
“apa?” ungkap Derhil penasaran
“sifat kamu diganti menjadi lebih dewasa, jangan kekanak-kanakan kayak dulu”
“iya, iya, udah deh jangan cerewet. kita ke kantin aja yuk soalnya perut aku udah keroncongan nih, biar aku deh yang neraktir kamu!”
“siipp”
TAMAT
Selasa, 17 Juni 2014
CERPEN Jadikanlah Aku Lebih Dari Teman
“Hayooo… Lagi ngelamunin siapa?” Tiba-tiba suara Rini membuyarkan lamunan ku… dengan sedikit gelagapan aku mencoba mengalihkan perhatiannya..
“ah… gak ngelamunin siapa siapa… aku lagi dengerin musik kok.. ini dengerin aja kalau gak percaya” sambil memberikan earphone yang ada di tanganku kepadanya.
Waktu itu aku memang sedang mendengarkan musik lewat earphone sambil menatap halaman sekolah..
“Masa sih Cuma mendengarkan musik… aku gak percaya… pasti lagi ngelamunin cewek ya… ngaku aja deh.. gak usah ngeles!” Jawab Rini sambil terseyum…
“Ih.. serius kok”, jawab ku dengan nada meyakinkan.
“Sudah lah.. kenapa cewek lain sih yang dilamunin.. kan ada aku.. kenapa gak aku aja..” Rini membisikan kalimat itu di kuping kiri ku.
“Emang situ mau dilamunin?” bisik ku juga.
“Aku mau dilamunin sama kamu.. asal jangan lamunin yang jorok jorok aja” Bisik Rini kembali kepada ku
Rini adalah teman baik ku.. waktu SMP dulu kami satu sekolah di Bekasi dan sekarang di SMA malah ketemu lagi, walaupun kami beda kelas dan jurusan, aku masih dekat sama dia. terkadang aku atau dia saling menghampiri ketika waktu istirahat dan juga pada saat pulang. Kedekatan kami berdua hanya sebatas teman meskipun di dalam hati ini terbesit ingin menjadikan dia lebih dari seorang teman. Tapi aku berat untuk mengatakan hal itu dan khawatir malah dia akan menjauh dari ku.
Suatu hari Rini pernah mengajak ku untuk menemani dia ke acara ulang tahun teman sekelasnya… walaupun kami beda kelas tetapi kami masih satu angkatan yang pastinya teman dia ya.. teman aku juga. Kami berdua naik angkot menuju ke tempat acara tesebut. Sesampainya disana kami berdua habis dijadikan bahan candaan.. ada yang bilang.. wah ternyata sudah jadian ya… trus ada yang bilang kami cocok jadi pasangan, dan lain lain… bahkan yang hebohnya… kami berdua diminta duet menyanyikan lagu atas permintaan teman yang sedang berulang tahun itu.
Setelah acara selesai kami berdua pulang sambil ngobrol–ngobrol di perjalanan, sampai tak terasa kami berdua sudah hampir sampai di rumahnya. Rini mengajak ku untuk mampir sebentar ke rumahnya, karena di rumah tidak ada siapa siapa sekarang.. Ibu dan bapaknya pergi ke tempat saudaranya yang sedang hajatan, adiknya juga pergi. Mendapat ajakan tersebut aku hanya bisa mengangguk dan berkata “Iya.. tapi sebentar saja ya.. aku mau ada acara lain nanti sore”
“ah.. kok cuma sebentar sih.. kenapa gak lama aja?” jawabnya dengan raut muka yang memperlihatkan kecewa.
Sampai di rumahnya aku dipersilahkan masuk.. dan duduk di bangku teras.. Ketika Rini masuk ke dalam rumah, ibunya muncul di depan gerbang.. baru kembali dari rumah saudaranya.
“Assalamualaikum… Eh, ada nak Erwin… sudah lama datang? Rini kemana?” Tanya ibunya kepada ku.
“Walaikumsalam… saya belum lama datang bu… Rini sedang di dalam..” aku berdiri menghampiri ibunya Rini untuk memberi salam.
“Tadi kata Rini.. ibu sama bapak pergi ke tempat saudara yang sedang ada acara hajatan ya. kok pulang sendiri? bapak tidak ikut pulang bu?” Tanya ku
“Oh.. iya, tadi berangkatnya bareng sama bapak kesana, sekarang bapak masih disana.. masih bantu bantu… ibu jadi pulang sendiri.. silahkan duduk nak.. ditunggu saja ya Rininya..” Jawabnya.
Ibunya Rini masuk ke dalam rumah dan aku pun kembali ke tempat duduk..
Tidak berapa lama Rini keluar dari dalam rumah sambil membawa 2 gelas air minum..
“Win.. silahkan diminum.. maaf cuma air putih doang yang ada.. gak ada yang berwarna..”
“Gak apa-apa kok… ada warung di dekat sini kan?.. kalau mau minum yang berwarna ya tinggal beli aja ke warung” Jawabku sekenanya.
Dia tertawa mendengar jawabanku itu.
“Win, dulu aku pernah suka sama cowok. dia tetangga ku.. rumahnya cuma beda 3 rumah dari sini” Tiba-tiba Rini membuka percakapan dengan ku.
“Tapi dia sekarang sudah tiada… sudah meninggal karena Kecelakaan motor 1 tahun yang lalu” lanjutnya..
“Umur aku dengan dia beda 2 tahun lebih tua dia… sewaktu dia masih hidup. aku memang cukup dekat dengannya apalagi dengan ibunya, karena dia anak tunggal. jadi aku sudah dianggap sebagai anaknya sendiri sama kedua orangtuanya… begitupun sebaliknya sama juga dia sudah dianggap anak oleh ibu dan bapak ku.
(Ya.. aku sendiri pernah mendengar cerita ini dari Rini.. bahwa waktu itu dia suka dengan seseorang.. tapi Rini tidak pernah menyebutkan siapa namanya dan alamatnya dimana.. aku bicara dalam hati.)
“Kok diem sih…” Tiba tiba Rini mencubitku..
“Ini kan lagi dengerin kamu cerita” jawabku
Setelah itu Rini akhirnya terdiam… lama kami berdua terdiam, entah apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya saat ini..
Akhirnya aku pun membuka percakapan kembali.. “Kamu merasa kehilangan dia?”
“Ya.. aku sangat kehilangan dia… dan sampai saat ini aku pun kangen sama dia” jawab Rini.. Dia menatapku dan sekilas aku melihat ada air mata di kelopak matanya..
“Win, kalau kamu nanti sudah punya pacar, sudah ada wanita yang ada di hati kamu… kamu masih mau berteman dengan ku?, masih mau menemani aku bila ketika aku ada acara?” Tanya dia kepada ku..
(Waduh pertanyaan yang sulit aku jawab… Karena dari SMP sampai sekarang aku belum pernah punya pacar.. belum ada wanita yang dekat dan spesial karena semua aku anggap sebagai teman biasa… kecuali kamu Rin… wanita yang selalu dekat dengan ku)
“Kok kamu ditanya malah diem sih? jawab donk” Tanya Rini kembali…
“Itu sih tergantung siapa yang menjadi pacar ku nanti Rin.. kalau dia mengijinkan aku untuk menemani kamu pergi.. ya aku temani.. tapi kalau gak boleh sama dia bagaimana?” jawabku
“Masa sih sampai sebegitunya…? kan pacar kamu itu pasti sudah tahu bahwa kita sudah lama kenal… dipinjem cowoknya aja sebentar kenapa gak boleh sih..?” Rini merengut mendengar jawaban ku itu.
“Pinjem.. emang aku barang apa main pinjam?” sambil merengut juga aku menjawab pertanyaannya itu.
“Hehehehe… aku bercanda Win… ya udah lupakan aja pertanyaan ku tadi, aku gak jadi pinjem.”
Lama mengobrolnya.. tidak disangka hari sudah sore.. akhirnya aku ijin pamit mau pulang ke dia…
“Pulangnya nanti saja Win.. kita ngobrol lagi” pinta Rini setelah tahu aku mau pulang.
“Udah sore ah.. lagian juga aku mau ada acara lain…” jawabku
“Mau ada acara apa sih? sampai sebegitunya… cepat cepat mau pulang aja. emang sudah gak mau ngobrol lama dengan ku lagi ya?” Tanya Rini kembali
“Enggak kok.. aku senang bisa ngobrol lama dengan mu… tapi suwer… sore ini aku mau ada acara Rin… Acara ‘cari pacar’ ” aku menjawab sambil berdiri di sampingnya
Rini akhirnya tertawa mendengar jawabanku. sambil mencubit pinggang ku dia berkata… “Kenapa mesti ‘cari pacar’ di tempat lain sih… ada aku kok yang siap”
“Nah…?”
Resep Soto Bandung Enak
Bahan-bahan/bumbu-bumbu:
- 500 gram daging sandung lamur
- 2.000 ml air
- 2 batang serai, ambil putihnya, memarkan
- 2 cm jahe, memarkan
- 150 gram lobak, iris halus
- 2 sendok makan garam
- 2 1/2 sendok teh gula pasir
- 1 blok kaldu sapi
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 8 siung bawang putih
- 1/2 sendok teh merica
- 3 tangkai seledri, iris halus
- 100 gram kacang kedelai goreng
- 2 sendok makan bawang goreng
- 1/2 sendok teh cuka
- Rebus daging di dalam air, di atas api sedang sampai matang. Angkat. Potong 2×2 cm. Saring air kaldunya.
- Rebus lagi daging sampai mendidih
- Panaskan minyak. Tumis bumbu halus, serai, dan jahe sampai harum. Tuang ke rebusan daging.
- Masak sampai empuk.
- Masukkan lobak, garam, gula pasir, dan kaldu sapi. Masak sampai matang.
- Sajikan bersama pelengkap.
- Untuk 8 porsi
Resep Tahu Bulat Udang Goreng
Bahan-bahan/bumbu-bumbu:
- 20 buah tahu bulat
- 250 gram paha ayam fillet, cincang halus
- 100 gram udang cincang kasar
- 100 gram wortel, potong kotak kecil
- 1 siung bawang putih, haluskan
- 1 sendok teh kecap ikan
- 1/2 sendok teh garam
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 1/2 sendok teh gula pasir
- 1 butir telur
- 1/2 sendok teh minyak wijen
- 25 gram tepung sagu
- 1 batang daun bawang, iris halus
- 100 gram tepung beras
- 1 sendok makan tepung sagu
- 1 sendok teh bawang putih bubuk
- 1/2 sendok teh garam
- 1/4 sendok teh merica bubuk
- 100 ml kaldu ayam
- minyak goreng untuk menggoreng
- Goreng tahu bulat dalam minyak goreng yang sudah dipanaskan diatas api sedang hingga mekar. Sisihkan.
- Campur ayam cincang, udang cincang, wortel, bawang putih, kecap ikan, garam, merica, gula, telur, dan minyak wijen. Aduk hingga kalis.
- Tambahkan daun bawang dan sagu. Aduk rata.
- Ambil sebuah tahu. Semprotkan isi. Celup ke bahan pencelup.
- Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan diatas api sedang hingga matang.
- Untuk 20 buah
Resep Nasi Tutug Ocom Khas Tasikmalaya
Bahan:
- 250 gram oncom, bakar
- 750 gram nasi putih panas
- 1 1/2 sendok teh garam
- 10 cm (35 gram) kencur
- 7 butir bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 3 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- 3 tangkai daun kemangi
- 1 buah timun, potong-potong
- 300 gram ikan asin jambal, potong, dan goreng
- 5 buah tahu goreng
- 5 buah tempe goreng
- Bungkus bumbu dalam aluminium foil. Bakar sampai harum dan matang.
- Haluskan kencur, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit merah, dan garam dengan ulekan.
- Tambahkan oncom. Ulek kasar. Masukkan nasi panas. Aduk rata.
- Sajikan bersama pelengkap.
- Untuk 5 porsi
Langganan:
Postingan (Atom)