“Hei! Ke kantin yuk!” Kata Rara sambil menarik tangan Dina.
“Ayo, tapi aku traktir ya!” jawab Dina. “OK” Rara setuju.
Mereka berjalan menuju kantin, tiba-tiba mereka melihat Sonya menangis. Mereka pun menghampiri Sonya.
“Kamu kenapa, Nya?” Tanya Rara. “Kamu sakit” tambahnya.
“Nggak, tapi… tadi aku nggak sengaja mutusin tali tasnya Sinta, aku udah minta maaf tapi dia nggak maafin aku” jawab Sonya.
Mereka pun menghibur Sonya agar dia nggak nangis lagi. “Nggak apalah,
dia paling cuman bentar marahnya, pasti dia akan maafin kamu” kata
Dina. “Tapi..!!!” kata Sonya penuh penolakan. “Ahh udahlah, lebih baik
kita ke kantin, aku traktir deh!” Hibur Rara. “Wah, aku setuju banget
nih!” Tambah Dina.
Akhirnya Sonya mau diajak ke kantin. Bel pun berbunyi tanda masuk
kelas, dan mereka masuk ke kelas masing-masing. Kemudian bel berbunyi
mereka semua berhamburan keluar.
Mereka pun pulang bersama tetapi Sonya tidak ada. “Sonya kemana Ta?”
tanya Rara. “Dia nggak bareng kamu?” sahut Dina. “Nggak” jawabnya
singkat.
“Ta, kalau ada masalah cerita dong!” Rayu Dina.
“Kamu tau nggak sih, Sonya itu udah mutusin tali tas aku” kata Sinta.
“Tapi kan dia udah minta maaf” meyakinkan Sinta. “Iya aku tau, tapi itu
pemberian orangtuaku saat ulang tahun ku, aku sangat sedih” jawab Sinta.
“Ya udahlah, kamu pikirin mateng-mateng dulu deh, good luck ya, dah!!”
Kata Dina.
Sampainya di rumah, Sinta ganti baju kemudian ia duduk di kursi bawah
pohon cemara. Ia merenung ‘Apa aku salah ya nggak maafin Sonya?’
Tanyanya dalam hati. ‘Tapi, itu tas kesayanganku’ Ia pun bingung.
Tiba-tiba Dina dan Rara mengagetkannya. “Dhaaa!!! Lagi apa kamu?” Tanya
Rara. “Pasti lagi ngelamunin Sonya, bener kan?” tambah Dina.
“Kok kamu tau sih” Sinta heran. “Taulah, tadi kan yang nyuruh mikirin
mateng-mateng kan aku” jawab Dina. “Oh ya, aku lupa” kata Sinta polos.
“Jadi gimana udah temuin jawabannya?” Tanya Dina. “Entah!!!” jawab Sinta sambil mengangkat bahu.
“Oh ya, aku mau tanya dong! Kalau aku nggak maafin Sonya salah nggak?”
tanya Sinta. “Emmmm… gimana ya!!!” jawab Dina sambil mikir. “Ya pastinya
salah besar!” tukas Rara. “Masa sih?’ tanyanya heran.
“Iyalah, kamu lihat Tuhan aja maha pemaaf, masa’ kamu nggak” jawab Rara.
“Iya ya, jadi gimana kesimpulannya?” tanya Sinta. “Gampang kamu minta
maaf sama dia, karena kamu nggak maafin dia. Dan inget persahabatan
jangan pernah usai, OK!!” Jawab Rara.
“Betul tuh” tambah Dina. “Kamu itu cuman bisa ngomong betul, kayak
Ipin aja” canda Rara. “OK, aku akan minta maaf sama Sonya” jawabnya
setuju.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing, dan esoknya.
“Nya, maafin aku ya” sambil memeluk Sonya. “Iya aku udah maafin kamu kok” jawab Sonya.
Mereka berempat pun akhirnya menjadi sahabat sejati, saat suka dan
duka akan selalu bersama. Dan mereka mempunyai prinsip, kalau
persahabatan jangan pernah usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar