Rabu, 18 Juni 2014

CERPEN Persahabatan Lebih Berharga Dari Apapun

Satu bulan sebelum ujian sekolah dimulai, cowok yang agak keturunan bule dan jago bermain basket bernama lengkap Derhil Grahata Putra atau biasa dipanggil Derhil adalah murid baru yang masuk di sekolah Dinda. Dinda adalah murid yang pintar, imut dan jago cherleders. Dan kebetulan Derhil sekelas dengan Dinda. Selama Derhil berada di sekolah barunya Dinda tak pernah menyapa ataupun berbicara kepada Derhil, entah dia malu atau bagaimana hanya dia yang tau.
Suatu hari Dinda disuruh oleh ibu Fitri untuk membawakan berkas-berkasnya ke ruang guru. Tapi tanpa disengaja Dinda dan Derhil bertabrakan sehingga berkas-berkas yang dibawa oleh Dinda berserakan di lantai.
“Hey lo itu enggak punya mata yah?” bentak Dinda kesal
“What? Hey nyadar dong lo yang nabrak gue, kok loe yang marah-marah sih? nggak nyambung banget nih cewek!” ungkap derhil yang sembari memakan snacknya!
“Hah! Iihh lo ngeselin banget sih! Hey asal lo tau yah lo ini murid baru disini jadi jangan macam-macam deh!”
“ooh jadi mentang-mentang aku anak baru aku harus denger kata-kata kamu gitu?”
“hmm, iyalah!!!”
“hey that you chick the craziest ever met me! you know?” (hey kamu cewek yang gila yang pernah saya temui! kamu tau?)
“jangan sok-sok bahasa inggris deh!!!”
“hah!!!”
“What ever”
Dinda pun segera membereskan berkas-berkas tersebut dan menuju ke ruang guru.
Keesokan harinya mata pelajaran Matematika berlangsung dengan tentram. Tak berselang beberapa menit terdengar suara teriakan
“aaahhh!!!” teriak Dinda
“Kamu kenapa Dinda?” Tanya bu Siti
“Ada cicak bu di dalam tas saya!”
“cicak?”
“iya bu”
“kok bisa ada Cicak?”
“nggak tau bu tadi waktu saya ingin ambil buku di dalam tas tiba-tiba ada Cicak!” ungkap Dinda yang kegelian melihat Cicak yang ada di dalam tasnya.
“hahaha, kalau ke sekolah bawah buku untuk belajar bukan bawa Cicak sebagai pekerjaan sampingan kamu, haha!” ungkap Derhil yang dari sembari tadi ketawa terbahak-bahak
“iihh, kamu kan yang taruh Cicak itu di tas aku? ngaku aja deh” ungkap Dinda kesal
“enak aja nuduh-nuduh orang”
“sudah-sudah Dinda buang Cicaknya di luar yah?”
“tapi aku Jijik dan geli bu”
“ya sudah Derhil buang cicaknya di luar”
“siap bu” sambil mengambil Cicak yang ada di dalam tas Dinda
“oke kita mulai lagi pelajarannya, ibu harap semua fokus dalam pelajaran yang ibu berikan” bu Siti sambil menulis dan menerangkan kembali pelajaran tersebut.
Jam istirahat pun tiba, Dinda yang dari tadi menaruh dendam dengan akibat hal memalukan di dalam kelas tadi, dia bermaksud untuk membalas perbuatan Derhil. Dinda dengan wajah kesal menuju ke kantin ia yakin Derhil pasti ada disana bersama teman-teman Basketnya.
“duhh, Muka Dinda lucu banget waktu lihat dia ketakukan karena ada Cicak di tasnya, haha!” ungkap Derhil sambil makan Bakso yang tersedia di kantin.
Tanpa Derhil sadari ternyata Dinda sudah ada di belakang Derhil yang dari tadi ngetawain Dinda.
“ohh. jadi aku benar ternyata kamu yang ngerjain aku” sambil mengambil jus orange milik Derhil dan menyiramkannya tepat pada kepala Derhil
“Rasakan!! Ini pembalasan aku karena kamu udah naruh Cicak di dalam tas aku” dengan wajah kesal Dinda pun pergi meniggalkan Derhil.
“tuh cewek benar-benar gila yah” ungkap Derhil kesal
“dia itu emang gitu sifatnya, kalau ada orang yang buat masalah sama dia pasti dia enggak akan biarin begitu saja, apalagi kalau yang buat masalah sama dia itu cowok. Makanya sampai saat ini dia itu belum punya pacar, semua anak cowok di sekolah ini takut sama dia. Palingan kalau ada yang suka sama dia cuman dipendam dalam hati doang.” kata salah satu teman Derhil yang udah hapal sifat Dinda.
“Bener tuh!!!” ungkap anak basket bersamaan.
“kalian cemen banget sih dia itu kan cuman cewek!”
“tapi dia itu galak banget!”
“sudah-sudah jangan pikirin dia lagi, mendingan kalian bantuin aku membersihkan minuman ini dari kepala aku” ungkap Derhil yang sembari membersihkan kepalanya!
Malam pun tiba, entah mengapa tiba-tiba Derhil merasa bersalah sama Dinda yang sudah ia kerjain. Tak terasa jam menunjukkan pukul 01:00 wita. Mata Derhil belum juga dapat tertutup akhirnya lama-kelamaan saraf Derhil lelah dan akhirnya tertidur pulas.
KEESOKAN HARINYA
Hari demi hari pun berlalu sifat Derhil ke Dinda berubah 95%. Setiap hari terdapat bunga-bunga yang indah dan bagus dan bertuliskan kata maaf dari Derhil yang ada di atas meja Dinda. Dinda pun heran melihat tingkah Derhil yang berubah drastis. Setelah bosan melihat tingkah itu barulah Dinda menghampiri Derhil yang tengah asik memainkan gitarnya untuk mengetahui apa yang terjadi.
“Maksud kamu apa ngasih bunga setiap hari di atas meja aku? Kamu kurang kerjaan banget sih” kata Dinda kesal.
“yah enggak gitu! Aku cuman pengen minta maaf kok sama kamu! kok kamu jadi dingin sih sama aku?”
“karena kamu itu nyebelin, kenapa nggak langsung aja bilang ke aku? Kan kamu nggak usah beli bunga segitu banyak!”
“ya nggak apa-apa”
“hmm!”
Lonceng pun berbunyi! Pelajaran ipa pun segera di mulai. Di tengah-tengah pelajaran guru memberikan tugas kelompok kepada murid-muridnya. Kebetulan Dinda dan Derhil satu kelompok dan memungkinkan Derhil untuk mengambil kesempatan untuk minta maaf ke Dinda.
Kring, Kring, Kring
Lonceng pulang pun berbunyi. Setiap siswa bergegas membereskan barangnya untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang Derhil melihat Dinda yang berjalan sendiri. Dan kebetulan hari itu cuaca lagi mendung.
“Din, ayo naik sebentar lagi kan mau hujan” sapa Derhil dengan ramah di dalam Mobil.
“nggak, makasih! aku udah biasa kok pulang jalan kaki kayak gini!” ungkap Dinda
“tapi cuaca hari ini lagi mendung, kalau kamu kehujanan bagaimana?” kata Derhil yang begitu perhatian!
“iya sih, tapi aku takut ngerepotin kamu lagipula kalau hujan kan aku bisa berteduh di mana saja, kamu tenang aja deh!”
“udah masuk aja! Sekali-sekali aku antar kamu pulangkan nggak apa-apa!”
“hmm, ya udah deh!” sambil membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
DALAM PERJALANAN
Tak satupun dari mereka berdua bicara. Suasana di dalam mobil pun sangat hening.
“Dinda, soal tugas kelompok yang ibu berikan tadi bagaimana? kita mau ngerjain di rumah siapa?” Tanya Derhil memulai percakapan
“kalau aku sih terserah di rumah siapa aja!”
“bagaimana kalau di rumah aku aja!”
“hmm, iya deh nanti aku kabarin anak-anak yah!”
“Dinda, ngomong-ngomong aku pengen minta maaf sama kamu karena kemarin aku udah masukin Cicak ke dalam tas kamu!”
“iya nggak apa-apa kok! Oh iya aku juga minta maaf yah karena aku udah nyiram kamu minuman!”
“it’s ok, oh ya rumah kamu dimana?”
“oh itu di depan kamu turunin aku disini aja! Makasih yah!” sambil membuka pintu mobil.
“iya sama-sama” ungkap Derhil
Lama kelamaan mereka berdua pun menjadi sahabat! yang selalu ada disaat senang maupun sedih. Suatu hari Derhil menyuruh Dinda ke taman sekolah pada saat jam istirahat tiba.
“Derhil, tumben kamu ngajak aku ke siini! kamu emangnya mau ngomong apa sih? Kelihatan serius amat!” ungkap Dinda yang begitu penasaran.
“Din, hmm aku…” ungkap Derhil yang terbata-bata
“Kamu kenapa? kok ngomongnya jadi nervous gitu”
“hmm, aku su-suka sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku!”
“what pacar kamu?”
“iya, Mau yah?” pinta Derhil
“Maaf Rhil aku nggak bisa!”
“kenapa? Kita itu udah ngejalanin hidup sama-sama susah senang kita lewati bersama kan?”
“Iya”
“Terus kenapa kamu nggak mau jadi pacar aku?”
“aku,”
“Din, aku nggak nyangka kamu tega sama aku!” memutuskan kata-kata Dinda dan langsung pergi meninggalkan Dinda.
“Derhil, Derhil”
“apalagi? Mulai detik ini kamu bukan sahabat aku lagi”
“hah, hanya masalah sesepele itu persahabatan kita jadi bubar?”
“whatever” ungkap Derhil kesal.
Waktu demi waktu berlalu Derhil tak mau menyapa ataupun menoleh ke arah Dinda. Lama kelamaan derhil pun merasa bersalah sama Dinda, karena setiap Dinda mendekati ataupun menyapa Derhil, Derhil selalu mencueki dan mengacuhkan Dinda. Hidup Derhil serasa tak berarti lagi saat tak ada sahabat yang selalu temani hari-harinya. Selama Dinda diacuhkan sama Derhil, begitu lama pula Dinda kecewa dengan tingkah Derhil yang begitu kekanak-kanakan. Pada jam istirahat Dinda menghabiskan waktu di taman dengan berbagai buku yang ia baca. Tak berselang beberapa menit pun seorang laki-laki berdiri di samping Dinda yang tak lain adalah Derhil.
“hay!” kata Derhil
“hay” ungkap Dinda bĂȘte.
“kamu kenapa Din?”
“Nggak apa-apa kok! kamu kok ke sini kenapa nggak cuekin aku lagi?” kata Dinda kesal
“hmm, kamu marah yah sama aku?”
“aku marah sekaligus kecewa sama kamu masa karena aku nggak nerima kamu, kamu malah memutuskan persahabatan kita sih? Itu kan nggak masuk akal”
“maafin aku Dinda, aku menyesal udah mutusin persahabatan kita, aku sadar dengan keegoisan ku kita jadi sama-sama terluka!!”
“waktu kamu nembak aku, sebenarnya aku pengen nerima kamu karena aku juga sayang!!”
“terus kenapa kamu nggak nerima aku? kalau kamu nerima aku kan kita jadi tidak sama-sama terluka”
“Derhil malahan kalau kita pacaran kita akan lebih sakit dari yang sekarang!”
“kok bisa?”
“Kerena kalau kita pacaran, kita bisa aja putus di tengah jalan, dan akhirnya patah hati juga kan?. tapi kalalu kita bersahabat kita takkan pernah putus karena PERSAHABATAN LEBIH BERHARGA DARI APAPUN”
“aku beruntung punya sahabat kayak kamu Din, oke jadi kita sekarang udah baikan kan?”
“iya dong, oh iya ada satu lagi” ungkap Dinda.
“apa?” ungkap Derhil penasaran
“sifat kamu diganti menjadi lebih dewasa, jangan kekanak-kanakan kayak dulu”
“iya, iya, udah deh jangan cerewet. kita ke kantin aja yuk soalnya perut aku udah keroncongan nih, biar aku deh yang neraktir kamu!”
“siipp”
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar